Rabu, 03 April 2013

Makalah Menarche


BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang

Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Pubertas yaitu masa ketika seorang anak mulai mengalami kematangan secara seksual dan organ-organ reproduksi siap untuk menjalankan fungsi reproduksinya. Masa puber seorang anak dengan anak yang lain sangat bervariasi. Pada anak perempuan, pubertas dimulai lebih awal, yaitu sekitar umur 10 sampai 14 tahun (ada literatur yang menyebutkan 8 sampai 14 tahun) dan pada anak lelaki sekitar umur 12 sampai 16 tahun (sumber lain menyebutkan 9 sampai 15 tahun). Pubertas dimulai ketika hipotalamus, yang merupakan bagian otak, melepaskan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone). Hormon pelepas gonadotropin ini (GnRH ) akan memberikan sinyal pada kelenjar pituitari untuk melepaskan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) untuk memulai perkembangan seksual, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Permulaan masa pubertas yang sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menarche.
Menarche merupakan tanda permulaan pemasakan seksual pada wanita yang terjadi kisaran usia 13 tahun atau sebelumnya, ditandai dengan datangnya haid untuk pertama sekali. Menarche merupakan permulaan haid yang bertanda bahwa wanita telah memasuki ciri kemasakan seksual yang utama, yaitu suatu disposisi untuk konsepsi (hamil) dan melahirkan meskipun dibutuhkan kira-kira satu setengah tahun lagi untuk kemasakan atau reproduksi (kemudian istilah ini tidak lagi disebut sebagai menarche melainkan menstruasi
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, seksual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Di akhir masa kanak-kanak akhir sebenarnya terjadi pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Jamaluddin, 2004).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2003).
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, Menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Sedangkan di Indonesia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Di Indonesia jumlah remaja sangat besar yaitu kurang lebih 44 juta orang yang berusia antara 15 – 24 tahun. Jumlah tersebut meliputi hampir 25% dari total 220 juta penduduk indonesia. Setengah penduduk berusia bawah 25 tahun, lebih dari satu miliyar berusia antara 10 -19 tahun ( BPS, 2002 ). Namun hanya 53,7 % putri dan 46,3% laki – laki yang mengerti artinya menarch. Penelitian oleh lembaga demografi Universitas Indonesia di 13 provinsi  pada tahun 1993 menunjukan bahwa umumnya remaja hanya meniliki pengetahuan superficial mengenai proses reproduksi. Teman sebaya merupakan sumber informasi yang penting dimana 67,9% remaja berdiskusi tentang seks dengan temannya dan hanya 17,7 % dengan orang tua. Tingkat pengetahuan remaja mengenai reproduksi sehat juga sangat rendah dengan teman sebaya sebagai sumber utama informasi. Sejumlah 60% remaja berharap untuk mendapatkan informasi untuk mendapatkan informasi dari orang tua, namun hanya 7,5 % saja yang memperolehnya.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinnya menstruasi, yaitu makanan yang bergizi, lingkungan, dan tingkat kemakmuran. Semakin tinggi tingkat kemakmuran masyarakat suatu daerah, semakin cepat kaum perempuan mengalami menstruasi. Lihat saja, kota Jakarta, yang selalu menjadi indikator berbagai bidang karena tingkat kemakmuran yang tinggi. Di Jakarta, kaum perempuannya lebih cepat mengalami menstruasi dibandingkan dengan kaum perempuan yang tinggal dipedesaan.
Makanan bergizi dan faktor lingkungan, juga menjadi pemicu seseorang perempuan mengalami menstruasi lebih dini. Dibandingkan dengan kondisi perempuan beberapa tahun lalu, perempuan dimasa sekarang ini yang asupan makananya lebih bergizi dan lingkunganya lebih modern pun lebih dini mengalami menstruasi. 
Menarche merupakan salah indikator pubertas seorang remaja. Remaja yang mendapatkan mentruasi untuk pertama kalinya menandai bahwa remaja tersebut telah memasuki masa pubertas. Untuk remaja yang telah mengalami pubertas diharapkan lebih memahami apa yang seharusnya mereka lakukan. Sehinnga menandai kedewasaannya mereka tidak hanya mampu memilih baik atau buruk tapi lebih dari itu berani mempertanggungjawabkan pilihan dan perilakunya. .
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang “ faktor –faktor yang mempengaruhi usia menarche pada remaja”
I.2        Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas di Indonesia  remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata Menarche 12,5 tahun remaja yang mengalami menarche pada usia 12 tahun sebanyak 25 %. Menarche pada remaja putri merupakan salah satu indikator penting dalam masa pubertas dan faktor – faktor yang berkaitan dengan menarache yaitu suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor – faktor yang mempengaruhui usia menarche pada siswi SMP N 225 Jakarta pada april 2010”?

I.3        Pertanyaan Penelitian
            Apakah ada hubungan antara pendidikan orang tua,social ekonomi, pola asuh, asupan gizi, umur, dan aktifitas fisik dengan menarche pada siswi SMP?



I.4        Tujuan Penelitian
I.4.1       Tujuan Umum
Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi dengan usia menarche pada siswi kelas 1 dan 2 di SMPN 225 Jakarta  pada bulan Mei.
I.4.2       Tujuan Khusus
1.      Diperoleh informasi hubungan antara pendidikan orang tua dengan menarch pada remaja
2.      Diperoleh informasi hubungan antara social ekonomi dengan menarche pada remaja
3.      Diperoleh informasi hubungan antara pola asuh dengan menarche pada remaja
4.      Diperoleh informasi hubungan antara asupan gizi dengan menarche pada remaja
5.      Diperoleh informasi hubungan antara umur dengan menarche pada remaja
6.      Diperoleh informasi hubungan antara aktifitas fisik dengan menarche pada remaja

I.5        Manfaat Penelitian
            I.5.1     Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang factor – factor yang berhubungan dengan menarche.


            I.5.2     Bagi Institusi
Untuk mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam memehami pembuatan KTI dan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam akademik.

I.6        Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti tentang berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya menarche pada remaja dengan judul “ factor yang mempengaruhi menarche pada remaja di SMPN 225 pada bulan mei tahun 2010”.  Adapun variable yang akan diteliti adalah pendidikan orang tua, social ekonomi, pola asuh, asupan gizi, umur, dan aktifitas fisik. Penelitian ini menggunakan metode cross secsional data primer.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1      Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Masa Remaja, menurut Mappiare 2005, berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 sampai 13 tahun sampai dengan 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau18 tahun sampai dengan 21atau 22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum dismenore Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya . Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya ” tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan ”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik ( Hurlock, 1991).  Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia  mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada  bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua priode perkembangan. (Shaw dan Costanzo,1985)
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering dikenal dengan fase ”mencari jati diri” atau fase ”topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk.,1989).
            2.1.2    Aspek perubahan pada remaja
Dua aspek pokok dalam perubahan pada renaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis :
a.       Perubahan fisik ( pubertas )
Masa remaja yang diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadi perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja biasa disebut pertumbuhan dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal.
Antara remaja putra dan putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Coleman dan hendry ( 1990 ) dan walton ( 1994 ) mengatakan bahwa kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10 – 13,5 tahun. Sedangkan pada remaja putri terjadi pada usia 9 – 15,0 tahun. Bagi anak laki- laki perubahan itu ditandai oleh peerkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi perta melalui wet dream atau mimpi basah sedangkan pada remaja putri pubertas ditandai dengan menarche ( haid pertama ), perubahan pada dad mamae, tumbuh nya rambut kemaluan , dan juga pembesaran panggul. Usia menarche rata – rata juga bervariasi dengan renta umur 10 -16,5 tahun.
b.      Perubahan psikologis
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak – kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak – kanak dan dilain pihak ia harus bertingkah lakku seperti orang dewasa. Situasi – situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.
Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitanya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intlektual pada remaja  cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui perbuatan – perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif. Tindakan dan sikap seprti ini jika dan dibimbing dan diarahkan dengan baik tentu berakibat konstruktif dan berguna. Tetapi sering kali pengaruh faktor di luar remaja seperti peer group dan ada sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk perbutan yang negatif sehingga mereka terjerumus dalam kegiatan yang tidak bermanfaat, berbahya bahkan destruktif. ( Notoadmojo,2003 )

2.1.3.   Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan prilaku kanak-kanak serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah berusaha :
1.      mampu menerima keadaan fisiknya
2.      mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3.      mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
4.      mencapai kemandirian emosional
5.      mencapai kemandirian ekonomi
6.      mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.      memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
8.      mengembangkan prilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9.      memprsiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10.  memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
II.2      Menarche
            II.2.1   Pengertian menarche
Menarche adalah haid yang pertama terjadi,yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. ( Paath, 2004)
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa (Llewellyn-Jones, 2005).
Usia remaja putri pada waktu mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10 – 16 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Menarche  yang terjadi sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi precox (Sarwono, 2005).
Pada saat pubertas umur sekitar 13 sampai 16 tahun, dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormonal estrogen – hormon terpenting pada wanita. Pengeluaran hormon  menumbuhkan tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
            II.2.2   Faktor – faktor yang mempengaruhi menarche dari sistem
1.      Sistem saraf pusat
Pada anak – anak pancaindera dan emosi belum memberi rangsangan, sampai berangsur – angsur terjadi perubahan setelah mencapai umur sekitar 12 sampai 16 tahun. Mula – mula anak laki – laki dan perempuan bermain bersama tanpa ada rasa malu, tetapi menjelang umur makin tua, mengalami perubahan emosi dan rangsangan panca indra. Rangsangan tersebut dihambat kelanjutanya oleh nukleus Amygdale, sebagai inhibitor puberitas ( penghambat puberitas ) sehingga baru akan disalurkan berlahan – lahan menuju hipotalamus pada umur pubertas. Demikian juga faktor emosi belum menunjukan pengaruhnya secara langsung pada hipotalamus sehingga menarche belum terjadi. Semakin dewasa umur wanita semakin besar pengaruh rangsangan dan emosi terhadap hipotalamus, sehingga mengeluarkan sekret ( cairan ) neuhormonal menuju hipofisis melalui sistem portal, serta mempengaruhi lobus anterior hipofisis.
2.      Aksis hipotalamus – hipofise – ovarial
Hambatan rangsangan panca indra menuju hipotalamus melalui Amygdale dan rangsangan emosi secara langsung pada hipotalamus makin lama makin berkurang, sehingga akhirnya mengeluarkan sekret neuhormonal melalui sistem portal untuk mempengaruhi hipofisis guna mengeluarkan: hipofisis gonadotropin dalam bentuk FSH ( olikel stimulating hormone ) dan LH ( Lutheinizing hormone ) untuk selanjutnya mempengaruhi ovarium.Untuk dapat saling mempengaruhi maka sistem hipotalamus, hipofisis, dan ovarium merupakan satu kesatuan. Percobaan menunjuklan bahwa pengambilan ovarium. Hipofisis dianggap sebagai mother of gland yang mampu memberikan paratiroid, dan pankreas. Semua kelenjar tersebut bersama – sama dapat menumbuhkan perkembangan tubuh wanita menjadi dewasa.
3.      Perubahan – perubahan yan g terjadi pada ovarium
Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 1000.000 folikel primordial yang dapat perkembang setelah rangsanga dari hipofisis dalam bentuk hormone FSH, LH, dan prolaktin. Jumlah folikel primordial menurut umur adalah sebagai berikut :
Baru lahir : 750.000
Umur 6 – 15 tahun : 440.000
Umur 16 – 25 tahun : 160.000
Umur 26 – 35 tahun : 60.000
Umur 35 – 40 tahun : 35.000
Masa menopause semuanya
Dalam siklus reproduksi aktif sebanyak 400 buah folikel yang akan mengalami perubahan dan sebagian besar mengalami oblitrasi menjadi korpus albikantes. Rangsangan gonadotropin hipofisis FSH menyebabkan sel granulosa yang berada disekitar folikel primordial berkembang.
4.      Perubahan yang terjadi pada endometrium
Uterus dengan lapisan lendirnya ( endometrium ) merupakan organ akhir proses siklus menstruasi, dimana hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan. Selama pertumbuhan dan perkembangan foilikel primordial mengeluarkan hormon estrogen yang mempengaruhi endometrium kedalam proses proliferasi sejak akhir menstruasi sampai terjadi ovulasi. Korpus rubrum yang segera menjadi korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang maki lama makin tinggi kadarnya . Hormon estrogen dan progesteron menebabkan endometrium dalam fase sekresi. Umur korpus luteum sekitar 8 hari dan selanjutnya akan mengalami rekresi sehingga pengeluaran hormon estrogen dan progestron maki n berkurang samapi berhenti akibat pengeluaran estrogen dan progesteron tuun dan berhenti, terjadi fase kontriksi pembuluh darah dan segera diikuti vasodilatasi. ( Manuaba,1998 )
                        II.2.3   Haid
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium. Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian dan ada yang 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu tetap. (Sarwono, 2005).
Haid bukanlah suatu penyakit. Haid merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil (Llewellyn-Jones, 2005).

            II.2.4   Siklus Haid
Siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang normal atau  dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 – 3 hari (Sarwono, 2005).
Pada dasarnya siklus haid pada setiap wanita bervariasi, karena kadar hormon estrogen yang diproduksi oleh setiap tubuh wanita berbeda. Menarche diikuti haid yang sering tidak teratur karena folikel Graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Tetapi lama-lama sekitar 4 sampai 6 tahun sejak menarche, pola haid sudah terbentuk dengan siklus haid menjadi teratur (Llewellyn-Jones, 2005).

II.2.5   Fase-fase dalam siklus haid adalah sebagai berikut :
a.       Fase menstruasi
Berlangsung sekitar 3 sampai 5 hari. Dalam fase ini lapisan stratum kompakta dan spongiosa endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya tertinggal lapisan stratum basalis 0,5 mm. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks dan kelenjar-kelenjar vulva.
b.      Fase regenerasi
Fase ini dimulai pada hari ke empat menstruasi, luka bekas pelepasan endometrium sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh epital selaput lendir endometrium. Sel basalis mulai berkembang, mengalami mitosis dan kelenjar endometrium mulai tumbuh kembali.

c.       Fase proliferasi
Berlangsung sejak hari ke 5 sampai 14. Pada fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Dalam fase regenerasi sampai proliferasi, endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan sejak ovulasi korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi terjadinya fase sekresi.
d.      Fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke –14 sampai ke-28. Dalam fase ini tebal endometrium tetap, hanya kelenjarnya lebih berkelok-kelok dan mengeluarkan sekret. Sel endometrium mengandung banyak glikogen, protein, air dan mineral untuk persiapan menerima implantasi dalam memberikan nutrisi pada zigot. Umur korpus luteum hanya berlangsung 8 hari dan setelahnya mengalami kematian sehingga tidak lagi mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang kemudian menimbulkan iskemia stratum kompakta dan stratum spongiosa diikuti vaso dilatasi pembuluh darah yang menyebabkan pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk perdarahan menstruasi dan siklus haid berulang kembali (Manuaba, 1998).
Selain faktor – faktor diatas, siklus haid juga dipengaruhi oleh  stress, kelelahan fisik, pikiran dan penggunaan obat untuk sakit jangka panjang (misal : hipertensi, diabetes, asma). Hal-hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi pembuatan zat-zat hormon seksual seperti estrogen dan progesteron, sehingga menyebabkan gangguan pada siklus haid. Namun biasanya tidak akan berlangsung lama karena tubuh bisa segera beradaptasi dengan faktor pemicu tersebut. Jadi jika baru terjadi pertama kali, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun sebaiknya pantau terus di bulan-bulan berikutnya. Bila terjadi sampai 3 bulan berturut-turut sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kandungan agar dapat ditemukan penyebab dan solusinya (Llewellyn-Jones, 2005).
            II.2.6   Perubahan uterus selama siklus haid
Uterus terdiri dari 2 lapisan dasar yang sebelah luar, tebal, miometriium yang berotot dan yang sebelah dalam tipis jaringan berkelenjar, endometrium. Endometrium beresponden terhadap estrogen dengan mengalami metosis yang cepat dan pembentukan struktur kelenjar ( endometrium fase proliferasi ). Secara ovulasi, korpus luteum menghasilkan sejumlah besar progesteron, yang bekerja terhadap endometrium untuk memperbesar ukuran kelenjar pada endometrium dan meningkatkan pembuatan dan pengeluaran protein – protein dan faktor lain ( endometrium fase sekresi ) dalam persiapan untuk implantasi dan kehamilan. Endometrium fase sekresi dipertahankan oleh sekresi estrogen dan progesteron dari ovarium. Penurunan kadar perifer menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari endometrium fase sekresi dan terjadilah menstruasi. ( Rayburn, 2002 )



            II.2.7   Perubahan Servik selama siklus haid
Dalam fase folikuler terjadilah penambahan pengeluaran lendir servik oleh kelenjar – kelenjar didalam endoservik yang dipengaruhi oleh estrogen. Selama masa estrogen dominan, terjadi pengeluaran lendir servik yang berlimpah mempunyai ciri – ciri ”seperti air” tampaknya. Elastisitas lendir servik secara langsung bergantung kepada kehadiran estrogen dan ketiadaan progesteron. Ukuran elastisitas lendir servik disebut ” spinnbarkiet ”. Dibawah dominasi estrogen, lendir servik banyak mengandung NaCl, dan kalau sample lendir itu dikeringkan akan membentuk gambaran daun pakis yang jelas.
Manakala progesteron menjadi hormone yang dominan, lendir servik menjadi kental dan gambaran daun pakis menghilang. Dibawah dominasi progesteron, penetresi lendir servik oleh sperma ditiadakan ( lendir yang bermusuhan ).
( Rayburn, 2002 )
            II.2.8   Perubahan Vagina selam siklus haid
Dengan latar belakang kaya estrogen, terjadi penumpukan sejumlah besar glikogen didala epitalium vagina. Perubahan dasar dalam sitologi eksoliatif vagina terjadi dalam berbagai stadium dari siklus haid, yang terefleksikan gambaran hormone yang terus berubah. Dibawah dominasi estrogen, sel – sel superficial yang terbanyak melepas. Dibawah dominasi progesteron, lebih banyak sel – sel intermedit yang terlepas.
( Rayburn, 2002 )
III.       Faktor  yang dapat mempengaruhi menarche
            1.         Pendidikan orang tua
                                                Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Melalui penglihatan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, dan telinga ( Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan merupakan bagian yang penting untuk membentuk seseorang ( over behavior ). Pengetahuan terjadi karena proses belajar diantaranya seperti pendidikan formal maupun informal. Pengetahuan merupakan faktor penting untuk terbentuknya prilaku seseorang karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan ( Notoatmojo, 2003 )
                                                Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur disessuaikan dengan tingkatan – tingkatan tersebut diatas. Dengan tingkat pengetahuan orang tua yang tinggi kecemasan anak kemungkinan berkurang, karena terjadinya menarche adalah hal normal. ( Notoatmojo, 2003 ).



2.                    Status Ekonomi
Tingkat sosila ekonomi mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Masyarakat dengan tingkat social menengah keatas sangat memperhatiakan kesehatanya, faktor sosila ekonomi inti tidak berpengaruh langsung terhadap menarchetetapi status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selam menarche. Tingkat social ekonomi dalam keluarga meliputi keluarga dan sumber – sumber yang dapat meningkatkan taraf hidup semua keluarga. Makin banyak jumlah uang yang diperoleh dan makin besar sumber – sumber yang dapat digali untuk meningkatkan taraf hidup anggota keluarga makin terang pula cahaya keluarga tanpa keuangan dan sumber – sumber yang didapat meningkatkan kearah kesejahteraan keluarga, maka kegelapan yang akan diterima olehkeluarga tersebut. ( Notoatmojo, 2003 ).
Social ekonomi masyarakat ditentuka oleh Aryal T.R 2004 menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara anak dari sosial ekonomi rendah dengan anak social ekonomi tinggi. Penelitian lain menyebutkan bahwa status sosial ekonomi saat ini belum tentu mempengaruhi perbedaan usia menarche, karena perlu dipertimbangkan status ekonomi keluarga sebelum anak mengalami menarche. ( Pierce, 2005 )



3.                    Pola Asuh
Sebuah studi baru-baru ini meneliti dampak stres atas kaum remaja  termasuk pengaruhnya terhadap datangnya waktu pubertas. Menarche yang lebih lambat berkaitan dengan tingkat stress yang lebih tinggi, ditemukan juga bahwa menarche lebih awal lebih banyak ditemukan pada remaja dimana hubungan orang tua  dan anak  cenderung permisif .
Pada umumnya tingkat stress pada remaja yang memasuki masa puberitas dalam hal ini menarche pada remaja putri akan lebih terbantu pada type orang tua yang menerapkan pola asuh yang cenderung demokratis.
1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti bolos sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.


4.                    Susunan menu
Fungsi reproduksi remaja putri sangat dipengaruhi oleh status gizi. Menarche atau haid pertama kali pada wanita merupakan indikator perkembangan psikologi, kesehatan dan status gizi pada seorang wanita. Asupan gizi atau selalu makan – makanan yang bergizi seimbang seperti terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin mempengaruhi pertumbuhan tubuh, dan apabila asupan gizi kurang dapat menyebabkan seluruh unit fungsional remaja terganggu.
Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di Inggris, rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya anak-anak remaja putri yang dari orang tua yang lebih berada, mengalami menarche lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah tropis mengalami menarche lebih awal dari remaja daerah dingin tidak terbukti. Kedatangan haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi daripada iklim tempat tinggal (Llewelln-Jones, 1997).
5.                    IMT
Pada penderita dengan gangguan gizi ( misalnya malnutrisi, defisiensi dan avitaminosis vitamin tertentu, anemia dan sebagainya ) menarche akan terlambat. Malnutrisi remaja merupakan factor yang sangat berpengaruh terhadap menarche dan ganguan pertumbuhan fisik ( Budiarto, 2003 )
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit- penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produkvitas kerja. Oleh karena itu, pematauan keadaan tersebut perlu dilakuan secara kesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Rumus perhitungan IMT adalah :
                                    Berat badan ( kg )
            IMT =---------------------------------------------------
                        Tinggi badan ( m) x Tinggi bada ( m )

 





Batas imbang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang dibedakan batas ambang untuk laki – laki dan perempuan. Batas ambang normal laki – laki adalah 20,1 – 25 dan untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8 untuk kepentinganya pemantauan dan tingkat desiensi energi ataupun tingkat kegemukan. Pengukuran status gizi pada remaja menggunakan IMT menggunakan indeks BB/TB karena indeks tersebut merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini. Indeks masa tubuh ( IMT ) akan meningkatkan pada masa pubertas. Terdapat korelasi yang kuat antara saat pubertas dan IMT, yaitu anak yang mempunyai nilai rata – rata IMT yang lebih tinggi akan mengalami maturitas lebih awal. ( Soetjiningsih, 2004 )

6.                    Aktifitas fisik
Sumber data yang terbatas cenderung mengatakan bahwa  peningkatan partisipasi dalam olahraga dan kegiatan rekreasi yang kemudian dikaitkan dengan lebih lambatnya remaja mengalami menarche. Sebaliknya remaja yang kurang aktivitas fisiknya, seperti lebih banyak menghabiskan waktu menonton tv, cenderung akan mengalami  menarche lebih awal. .

7.                    Menarche
Menarche adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh setiap wanita normal dan sebenaranya tidak perlu dikhawatirkan, menstruasi merupakan bahwa siklus masa subur telah dimulai yang terjadi saat lapisan dinding rahim meluruh dan keluar dalam bentuk darah menstruasi. ( Burhanudin, 2005 )



Saat sesorang telah mengalami siklus menstruasi, itu artinya tubuh sudah memiliki hormone yang diperlukan untuk proses reproduksi. Hormone itu pula yang akan mempengaruhi berbagai perubahan bentuk tubuh, termasuk perkembangan payudara.
Menarche adalah peristiwa menstruasi pada remaja putri yang ditandai dengan terlepasnya lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, leukosit, kelenjar kuman dan atau tanpa sel telur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar